Laju konsumsi oksigen adalah jumlah oksigen yang dipeeerlukan untuk respirasi selama waktu tertentu. Pengukuran laju konsumsi oksigen pada ikan dapat menggunakan respirometer. Pada dasarnya pengukuran LKO2 dengan menggunakan respirometer ada dua jenis, yaitu untuk mengukur konsumsi oksigen pada kondisi air mengalir (sistem dinamis) dan kondisi air tenang (statis). Konsumsi oksigen adalah banyaknya oksigen yang dikonsumsi (mg, ml) persatuan berat ikan (g, kg) persatuan waktu (detik, jam) (Moyle dan Cech 1990).
Kebutuhan oksigen antara satu spesies dengan spesies yang lain dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti ukuran tubuh, aktivitas, musim, serta suhu perairan. Ikan yang mempunyai aktivitas tinggi (metabolisme tinggi) memerlukan oksigen lebih banyak. Oksigen yang tersedia di dalam air haruslah mencukupi kebutuhan oksigen pada ikan tanpa kekurangan (Cholik, dkk 1991).
Oksigen sangat mutlak diperlukan bagi pernafasan ikan dan merupakan salah satu unsur utama metabolisme hewan air. Oksigen bebas yang ada di perairan atau di udara harus bisa diambil ikan untuk metabolismenya. Pengambilan oksigen di perairan biasanya dilakukan ikan dengan menggunakan insang, tetapi ada sebagian ikan yang mengambil oksigen langsung dari udara yang disebut “Air Breather Fishes” dan ternyata ikan yang demikian jauh lebih tahan hidup di lingkungan perairan dengan kadar oksigen rendah (Lagler, et.al 1997).
Ikan lele (Clarias sp.) adalah ikan yang hidup di air tawar dan termasuk pemakan segala. Ikan ini bersifat nokturnal artinya aktif pada malam hari atau menyukai tempat gelap. Pada siang hari yang cerah, ikan lele lebih suka berdiam pada lubang-lubang yang tenang dan aliran air tidak terlalu deras. Ikan lele mempunyai organ insang tambahan (arborescent) yang memungkinkan ikan ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga ikan lele dapat hidup dalam air yang kandungan oksigennya sedikit (Suyanto 1999). Dan juga mempunyai karakter khusus, yaitu mempunyai air breathing organs sehingga tidak hanya dapat hidup di daerah yang kadar oksigennya rendah namun juga dapat hidup beberapa jam setelah tidak ada air (Sterba 1989).
Ikan familia Cyprinidae termasuk Ctenopharyngodon idellus dan Cyprinus carpio dan ikan koki (Carassius auratus) dan ikan familia Clariidae (Clarias sp.) diketahui bahwa konsumsi oksigen menurun seiring dengan meningkatnya CO2 dalam perairan (Spotte 1970).
Umur ikan, aktivitas ikan serta kondisi perairan sangat mempengaruhi kebutuhan akan oksigen ikan. Semakin tua umur ikan, laju metabolismenya semakin menurun, sehingga kebutuhan oksigen juga menurun. Ukuran ikan juga mempengaruhi, semakin besar ukuran ikan jumlah konsumsi oksigen per mg berat badan semakin rendah. Aktivitas ikan yang berbeda-beda juga mempengaruhi konsumsi oksigen. Jenis ikan yang melakukan perburuan membutuhkan oksigen lebih banyak dibanding ikan yang menunggu mangsanya. Pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut sangat ditentukan oleh lingkungan perairan (Fujaya 2004).
Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh faktor suhu, pada suhu tinggi kelarutan oksigen rendah dan pada suhu rendah kelarutan oksigen tinggi. Tiap-tiap spesies biota akuatik mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap konsentrasi oksigen terlarut di suatu perairan. Spesies yang mempunyai kisaran toleransi lebar terhadap oksigen penyebarannya luas dan spesies yang mempunyai kisaran toleransi sempit hanya terdapat di tempat-tempat tertentu saja (Levington 1982).
Cholik, dkk. 1991. Pengelolaan Kualitas Air Kolam. Dirjen Perikanan. Jakarta.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan (Dasar Pengembangan Teknologi Ikan). Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Lagler, et.al. 1977. Ichtyology. John Willey and Sons. Inc. New York.
Levington, J. S. 1982. Marine Ecology. New Jersey: Prentice Hall.
Moyle, P.B. and J.J. Cech. 1982. Fishis an Introduction to Ichtyology . Prertice Hall, Inc.
Spotte, S. 1970. Fish and Invertebrate Culture Water Management and Closed System. John Willey and Sons, Inc. New York.
Sterba, Gunther, Dr. 1989. Freshwater Fishes of World. Volume I. Cosmo Publication. New Delhi. India.
Suyanto, S.R. 1999. Budidaya Ikan Lele. Cetakan XXII. Penebar Swadaya. Jakarta.
0 comments