Kali ini untuk teman-teman yang masih menjalani praktikum tentang kromosom. Semoga bermanfaat ya, jangan lupa kalau nulis tinjauan pustaka harus ada daftar pustaka. Semangat!!!
TINJAUAN
PUSTAKA
Benang-benang
linin pada tahap profase nampak makin lama makin terputus-putus. Satu potong
benang disebut kromonema. Kromonema itu sedikit demi sedikit dikelilingi oleh
sitoplasma yang memadat seakan-akan merupakan bungkus (wadah) bagi kromonema,
wadah ini disebut matriks. Matriks dengan kromonema di dalamnya disebut
kromosom (Dwidjoseputro 1977).
Setiap kromosom mempunyai
bagian yang menyempit dan tampak lebih terang disebut sentromer, yang membagi
kromosom menjadi dua lengan. Pengaturan kromosom secara standar berdasarkan
panjang, jumlah serta bentuk kromosom dari sel somatis suatu individu dinamakan
karyotipe. Masing-masing kromosom seringkali sulit dibedakan sehingga banyak
ahli yang tidak suka menggunakan nomor urut 1 – 22 untuk autosom, melainkan
dengan cara mengelompokkan menjadi A – G berdasarkan ukuran kromosom serta
letak dari sentromer (Suryo 1997).
Menurut Subowo (1979),
kromosom berdasarkan jumlah sentromernya dapat dibedakan menjadi:
a. Kromosom monosentrik, mempunyai satu
sentromer.
b. Kromosom disentrik, mempunyai dua
sentromer.
c. Kromosom polisentrik, mempunyai lebih dari
dua sentromer.
Perbedaan
kelamin ditandai dengan sifat-sifat menurun tertentu yang jelas. Kromosom
kelamin selalu berhubungan dengan ada atau tidak adanya sifat-sifat tersebut
yang merupakan bukti dari teori keturunan. Setiap gamet mengandung sebuah
kromosom kelamin. Zigot pada mamalia yang menerima dua kromosom X berkembang
menjadi betina. Zigot yang mengandung sebuah kromosom X dan sebuah kromosom Y
berkembang menjadi jantan. Kromosom kelamin dalam sel mani yang menentukan
jenis kelamin keturunannya (Kimball 1993).
Menurut
Suryo (1997), kromosom berdasarkan letak sentromer dapat dibedakan beberapa
bentuk kromosom, yaitu :
a. Metasentris, apabila sentromer terletak
median (kira-kira ditengah kromosom), sehingga kromosom terbagi menjadi dua
lengan sama panjang dan mempunyai bentuk seperti huruf V.
b. Submetasentris, apabila sentromer terletak
submedian (ke arah salah satu ujung kromosom), sehingga kromosom terbagi
menjadi dua lengan tak sama panjang dan mempunyai bentuk seperti huruf J.
c. Akrosentris, apabila sentromer terletak
subterminal (di dekat ujung kromosom), sehingga kromosom tidak membengkok
melainkan tetap lurus seperti batang. Satu lengan kromosom sangat pendek,
sedang lengan lainnya sangat panjang.
d. Telosentris, apabila sentromer terletak di
ujung kromosom, sehingga kromosom hanya terdiri dari sebuah lengan saja dan
berbentuk lurus seperti batang.
Kromosom kelamin menurut
sistem X-Y adalah kromosom X dan kromosom Y. Kromosom kelamin juga mengalami
pembelahan reduksi ketika gametogenesis gametogonium membelah. Betina akan
terbentuk hanya satu macam ovum menurut kromosom kelamin, yaitu ovum-X. Jantan
akan terbentuk dua macam sperma menurut susunan kromosom kelamin, yaitu
sperma-X dan sperma-Y. Ovum-X atau sperma-X maksudnya yang mengandung kromosom
kelamin X. Sperma-Y mengandung kromosom kelamin Y. Autosom pun mengalami
pembelahan reduksi. Jika terjadi perkawinan karena gamet jantan ada dua macam
dan gamet betina satu macam, maka perkawinan atau individu yang terjadi ialah
dua menurut jenis kelaminnya. Sperma-X membuahi ovum-X terjadi individu XX
betina dan sperma-Y membuahi ovum-X terjadi individu XY jantan. Bentuk kromosom
kelamin sesungguhnya bukan seperti bentuk huruf X dan Y, tetapi hanya simbol
saja. Kromosom X biasanya lebih panjang daripada kromosom Y (Yatim 1972).
Menurut Westra (1994), ada dua
tipe kromosom yaitu :
a. Autosome adalah kromosom pada sel-sel
tubuh dan bentuknya sama pada jantan dan betina.
b. Kromosom seks (sex chromosomes) menentukan
jenis kelamin ikan. Kromosom seks secara morfologis pada individu jantan
berbeda dengan betina.
Kromosom seks dapat dikenali
dengan memasangkan sebagai pasangan pada karyotipe. Identifikasi kromosom
seringkali berdasar pada ukuran dan perbedaan morfologi atau perbedaan kumpulan
susunan dari pasangan kromosom antara karyotipe jantan dan betina. Ketika
jantan adalah seks heterogametik, pasangan seks kromosom ditunjukkan dengan X-Y
untuk jantan dan X-X untuk betina. Ketika betina adalah seks heterogametik,
pasangan seks kromosom ditunjukkan dengan Z-W untuk betina dan Z-Z untuk
jantan. Perbedaan antara kromosom seks tidak selalu jelas kelihatan; pada beberapa ikan, kromosom seks tidak
berbeda secara morfologi dengan kromosom yang lainnya (Schreck and Moyle 1990).
Karyotipe dibuat berdasarkan
penyusunan kromosom pada tempat tertentu dalam deretan berdasarkan atas
bentuknya (letak sentromer, panjang kromosom dan sebagainya). Pembuatan
karyotipe diambil dari sel dalam tahap metafase dengan pemberian colchihin
(Subowo 1979).
Lebih dari setengah jumlah
ikan yang telah dipelajari, karyotipenya terdiri dari 48 atau 50 kromosom.
Evolusi karyotipe terjadi pada beberapa jenis ikan seperti pada jenis-jenis
ikan chimaera tertentu karyotipe hampir terdiri dari 100 kromosom, jenis ikan
hering mencapai 52 kromosom dan pada species Sardina pilohardis mencapai 80 kromosom (Kirpichnikov 1981).
Analisis karyotipe dari suatu
individu akan dapat diketahui apakah terdapat kelainan (abrasi) dari kromosom
individu tersebut. Misalnya seorang yang berkaryotipe 47, XY.21 artinya jumlah
kromosom individu 47, berjenis kelamin laki-laki dan kromosom nomer 21, lebih
satu sehingga dapat diketahui bahwa seseorang ini mempunyai kelainan sindrom
down (Suryo 1985).
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1977. Pengantar
Genetika. Bhratara. Jakarta.
Kimball, J. W. 1993. Biologi.
Edisi kelima. Erlangga. Jakarta.
Kirpichnikov,
V. S. 1981. Genetic Bases of Fish
Selection. Springer-Verlag Birlim Huidenberg. New York.
Schreck, C.
B. and Peter B. Moyle. 1990. Methods for
Fish Biology. American Fisheries Society. Bethesda, Maryland, USA.
Subowo. 1979. Biologi
Sel. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung. Suryo. 1985. Sitogenetika.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
-------. 1997. Genetika Manusia.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Westra, Paridjata. 1994. Dasar-Dasar
Genetik Ikan dan Pengembangbiakan. Airlangga University Press. Surabaya.
Yatim, W. 1972. Genetika.
Tarsito. Bandung.
0 comments